Beyond ESG: Strategi Korporasi di Era TNFD

Beyond ESG: Menata Strategi Korporasi di Era TNFD

TNFD

Alam sebagai Pilar Baru Nilai Korporasi  

Dunia bisnis kini bergerak menuju paradigma baru di mana keberlanjutan bukan lagi isu reputasi, melainkan faktor strategis yang menentukan daya saing jangka panjang. Setelah satu dekade perusahaan berfokus pada kerangka Environmental, Social, and Governance (ESG), muncul dorongan global untuk memperluas cakrawala keberlanjutan. Salah satunya melalui Taskforce on Nature-related Financial Disclosures (TNFD) sebuah inisiatif berbasis sains yang menempatkan alam sebagai elemen integral dalam strategi dan pelaporan korporasi. 

Berbagai analisis ekonomi global mencatat bahwa lebih dari setengah nilai Produk Domestik Bruto (PDB) dunia, setara dengan puluhan triliun dolar, bergantung langsung pada keberlangsungan alam. Di saat yang sama, penurunan fungsi ekosistem seperti penyerbukan, penyerapan karbon, hingga ketersediaan sumber daya hayati diperkirakan dapat memicu kerugian ekonomi tahunan yang mencapai triliunan dolar secara global. Dengan kata lain, risiko lingkungan tidak lagi dapat dipandang sebagai faktor eksternal. Ia telah menjelma menjadi risiko finansial yang nyata bagi dunia usaha.

Bagi para eksekutif, memahami TNFD bukan hanya soal kepatuhan, tetapi tentang membaca ulang peta strategi bisnis. Alam, yang dahulu dianggap sekadar sumber daya (resources), kini dipandang sebagai life support system yang menopang keberlanjutan ekonomi. 

Melengkapi dan Melampaui ESG

Kerangka TNFD lahir pada 2021 atas kolaborasi United Nations Environment Programme Finance Initiative (UNEP FI) dan lembaga keuangan global, dengan rekomendasi final diterbitkan pada September 2023. Berbeda dengan ESG yang berfokus pada dampak perusahaan terhadap lingkungan, TNFD mengajak bisnis melihat hubungan dua arah,  bagaimana alam memengaruhi keberlanjutan dan nilai perusahaan. 

Jika ESG mengajarkan tentang “bagaimana perusahaan mengelola dampaknya terhadap dunia,” maka TNFD menambahkan dimensi baru: “bagaimana dunia memengaruhi perusahaan.” Framework ini membantu organisasi mengidentifikasi ketergantungan (dependencies), dampak (impacts), risiko, dan peluang yang terkait dengan alam. Dengan pendekatan berbasis sains, TNFD memperkuat korelasi antara kinerja ekologi dan nilai ekonomi. 

Kerangka ini disusun atas empat pilar utama, governance, strategy, risk and impact management, serta metrics and targets yang selaras dengan Task Force on Climate-related Financial Disclosures (TCFD) dan IFRS Sustainability Standards. Empat pilar tersebut tidak hanya menuntut transparansi, tetapi juga perubahan mendasar dalam cara perusahaan memandang nilai, risiko, dan tanggung jawab. 

Mengintegrasikan TNFD ke Dalam Strategi Bisnis  

Bagi perusahaan yang ingin beradaptasi, TNFD bukan sekadar laporan tambahan, melainkan proses transformasi strategis. Integrasi TNFD menuntut perubahan budaya dan sistem manajemen agar kepedulian terhadap alam menjadi bagian dari pengambilan keputusan. 

Pendekatan praktis TNFD dikenal dengan metode LEAP (LocateEvaluateAssessPrepare). 

  • Locate berarti mengidentifikasi lokasi dan aktivitas perusahaan yang paling berinteraksi dengan alam. 
  • Evaluate menilai tingkat ketergantungan dan dampak aktivitas tersebut terhadap ekosistem. 
  • Assess menganalisis risiko dan peluang yang muncul. 
  • Prepare mengintegrasikan hasil analisis tersebut ke dalam strategi bisnis dan pelaporan. 

Contohnya (ilustrasi), sebuah perusahaan agribisnis yang menerapkan LEAP dapat menemukan bahwa 70% rantai pasoknya bergantung pada ketersediaan air. Dengan memahami risiko kekeringan, perusahaan dapat berinvestasi pada teknologi irigasi efisien dan diversifikasi sumber bahan baku. Langkah ini bukan hanya mitigasi risiko, tetapi juga strategi nilai jangka panjang. 

TNFD juga menekankan pentingnya kolaborasi lintas fungsi mulai dari keuangan, keberlanjutan, hingga manajemen risiko untuk menciptakan governance ecosystem yang solid. Data dan keputusan harus saling terhubung agar setiap kebijakan bisnis mempertimbangkan nilai ekologis di balik angka finansial. 

Studi Kasus PLN: TNFD dalam Aksi

Salah satu contoh nyata di Indonesia datang dari PT PLN (Persero), yang pada 2024 mulai menerapkan pedoman TNFD dalam laporan keberlanjutannya. Perusahaan ini membentuk Sustainability Committee di tingkat direksi, meluncurkan Sustainability Academy bersama WWF untuk pelatihan biodiversitas, dan menjalankan Sustainability War Room guna memantau indikator lingkungan secara berkala. 

Strateginya mencakup identifikasi ketergantungan terhadap air, pemetaan lokasi yang sensitif terhadap lingkungan, dan integrasi dengan komitmen Net Zero Emissions. Selain itu, PLN mengembangkan sistem Environmental and Social Management System (ESMS) serta kebijakan perlindungan keanekaragaman hayati. 

Dalam aspek pengukuran, PLN memantau keanekaragaman spesies seperti burung Jalak Bali di area konservasi Gilimanuk dan program rehabilitasi mangrove di Kali Adem. Langkah-langkah ini menunjukkan bagaimana TNFD mendorong perusahaan publik untuk tidak hanya mengukur emisi, tetapi juga menjaga keberlanjutan ekosistem yang menopang operasional bisnisnya. 

Tantangan dan Strategi Implementasi

Penerapan TNFD diakui tidak mudah. Tantangan terbesar terletak pada keterbatasan data alam yang masih tersebar, tidak konsisten, dan sulit diakses lintas rantai pasok. Selain itu, sebagian pelaku bisnis masih skeptis terhadap nilai tambah TNFD, terutama karena framework ini belum bersifat wajib secara regulasi. 

Namun, perusahaan yang mampu memulai lebih awal akan memiliki keunggulan kompetitif. Strategi yang disarankan TNFD adalah memanfaatkan data yang sudah dimiliki (seperti Environmental Impact Assessment), mengutamakan area berisiko tinggi, serta bekerja sama dengan konsultan keberlanjutan untuk memperkuat validasi sains. 

Di tingkat global, hingga akhir 2024 sudah terdapat lebih dari 500 organisasi di seluruh dunia yang mengadopsi TNFD, termasuk lembaga keuangan, perusahaan multinasional, dan BUMN besar. Tren ini menandakan bahwa pengungkapan berbasis alam mulai menjadi standar baru keuangan berkelanjutan. 

TNFD dan Nilai Korporasi Masa Depan  

TNFD membawa dampak struktural terhadap cara perusahaan membangun nilai (value creation). Jika selama ini keberhasilan diukur dari laba bersih, kini indikatornya juga mencakup seberapa jauh perusahaan mampu menjaga sumber daya alam yang menopang keberlanjutan ekonominya. 

Bagi investor, perusahaan dengan transparansi TNFD lebih menarik karena menunjukkan kesiapan menghadapi risiko iklim dan alam. Bagi regulator, TNFD memberi kerangka yang memudahkan integrasi kebijakan keberlanjutan nasional. Dan bagi publik, TNFD menjadi jembatan antara bisnis dan tanggung jawab ekologis. 

Dalam jangka panjang, penerapan TNFD dapat memperkuat kepercayaan pemangku kepentingan, menarik investasi hijau, dan menciptakan reputasi sebagai pemimpin keberlanjutan di sektor industri. 

Redefining Corporate Strategy Beyond ESG  

TNFD menandai evolusi berikutnya dari praktik ESG bukan menggantikannya, tetapi memperluas cakupan agar perusahaan benar-benar memahami hubungan timbal balik antara alam dan bisnis. 

Ke depan, keberhasilan perusahaan tidak lagi hanya diukur dari pertumbuhan finansial, tetapi juga dari sejauh mana ia mampu menjaga keberlanjutan ekosistem yang menjadi fondasi nilai ekonominya. Perusahaan yang adaptif terhadap TNFD akan lebih resilien, lebih dipercaya, dan lebih siap menghadapi dunia yang semakin sadar akan krisis alam. 

Bagi para eksekutif, pesan utamanya jelas bahwa masa depan strategi korporasi akan ditentukan oleh kemampuan membaca interaksi antara kapital alam dan kapital finansial. TNFD bukan sekadar laporan tambahan, melainkan paradigma baru bisnis modern bahwa menjaga alam berarti menjaga nilai perusahaan itu sendiri. 

Glosarium 

  • ESG (Environmental, Social, and Governance) 
    Kerangka keberlanjutan yang menilai kinerja perusahaan berdasarkan dampaknya terhadap lingkungan (E), masyarakat (S), dan tata kelola (G). ESG menjadi dasar penilaian investor dalam menentukan keberlanjutan dan etika bisnis suatu perusahaan. 
  • TNFD (Taskforce on Nature-related Financial Disclosures) 
    Inisiatif global yang dibentuk pada 2021 untuk membantu organisasi mengidentifikasi, mengukur, dan melaporkan risiko serta peluang yang terkait dengan alam. TNFD melengkapi kerangka ESG dengan menyoroti ketergantungan bisnis terhadap ekosistem alam. 
  • TCFD (Taskforce on Climate-related Financial Disclosures) 
    Kerangka pelaporan yang lebih dulu dikembangkan untuk mengungkapkan risiko dan peluang terkait iklim. TNFD memperluas cakupan ini dengan menambahkan dimensi “alam” di luar aspek iklim. 
  • LEAP (Locate–Evaluate–Assess–Prepare) 
    Metode analisis yang digunakan dalam TNFD untuk membantu perusahaan memahami hubungan aktivitas bisnis dengan alam: 
    • Locate: menentukan lokasi kegiatan yang berinteraksi dengan alam. 
    • Evaluate: menilai ketergantungan dan dampak terhadap ekosistem. 
    • Assess: mengukur risiko dan peluang. 
    • Prepare: mengintegrasikan hasilnya ke dalam strategi bisnis.
  • Nature-related Risk 
    Risiko yang timbul akibat ketergantungan bisnis terhadap alam atau akibat perubahan kondisi alam (misalnya degradasi tanah, deforestasi, kekeringan, dan hilangnya keanekaragaman hayati). 
  • Biodiversity (Keanekaragaman Hayati) 
    Variasi kehidupan di bumi, termasuk flora, fauna, dan mikroorganisme yang mendukung keseimbangan ekosistem serta keberlanjutan sumber daya alam bagi aktivitas ekonomi. 
  • Ecosystem Services (Layanan Ekosistem) 
    Manfaat langsung maupun tidak langsung yang diberikan alam kepada manusia dan bisnis, seperti penyerapan karbon, penyerbukan tanaman, penyediaan air, dan stabilisasi iklim. 
  • Value Creation (Penciptaan Nilai) 
    Proses menghasilkan manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan jangka panjang melalui strategi bisnis yang berkelanjutan. 
  • Green Finance (Keuangan Hijau) 
    Investasi dan pembiayaan yang diarahkan pada proyek-proyek yang ramah lingkungan dan mendukung mitigasi perubahan iklim. 
  • Natural Capital (Modal Alam) 
    Stok sumber daya alam (tanah, air, udara, mineral, dan ekosistem) yang menghasilkan manfaat ekonomi bagi manusia dan perusahaan. 
  • IFRS Sustainability Standards 
    Standar pelaporan keberlanjutan global yang dikembangkan oleh International Sustainability Standards Board (ISSB) untuk menyelaraskan pelaporan ESG dan TNFD di tingkat internasional. 
  • Governance Ecosystem 
    Struktur tata kelola perusahaan yang mencakup integrasi antar-fungsi (keuangan, risiko, keberlanjutan) guna memastikan pengambilan keputusan yang mempertimbangkan faktor alam dan keberlanjutan. 
  • Net Zero Emissions 
    Kondisi di mana jumlah emisi gas rumah kaca yang dilepaskan ke atmosfer seimbang dengan jumlah yang diserap kembali melalui aktivitas mitigasi, seperti reforestasi atau teknologi penangkapan karbon. 
  • Sustainability Reporting  
    Laporan keberlanjutan yang diterbitkan perusahaan untuk mengungkapkan kinerja non-keuangan, mencakup aspek sosial, lingkungan, dan tata kelola. 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *