Jasa Konsultan Penyusunan Valuasi

Jasa Konsultan Penyusunan Valuasi

Valuasi

Dalam dunia bisnis yang dinamis dan penuh persaingan, mengetahui nilai sebenarnya dari sebuah perusahaan atau aset menjadi aspek krusial dalam pengambilan keputusan strategis. Valuasi bisnis tidak hanya memberikan gambaran tentang nilai pasar suatu entitas, tetapi juga menjadi dasar penting untuk merencanakan investasi, merger dan akuisisi, restrukturisasi keuangan, serta pengelolaan risiko. 

Sebagai mitra strategis, KMMB Consulting hadir untuk membantu perusahaan dalam memahami dan mengoptimalkan nilai bisnis mereka melalui penyusunan valuasi bisnis. Dengan pendekatan berbasis data, analisis menyeluruh, dan metodologi yang terbukti, konsultan valuation memberikan insight yang mendalam terkait faktor-faktor yang mempengaruhi valuasi.

Ingin Menggunakan Jasa Konsultan Untuk Penyusunan Valuasi?

Silahkan kontak ke nomor +62 811-3547-717 atau tekan tombol logo WhatsApps untuk mengajukan layanan konsultan.

Definisi Valuasi Bisnis 

Valuasi bisnis adalah proses penentuan nilai ekonomi suatu perusahaan atau unit usaha berdasarkan analisis aset, pendapatan, kewajiban, dan prospek masa depan. Proses ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang objektif tentang nilai pasar perusahaan, yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan strategis, seperti merger dan akuisisi, restrukturisasi keuangan, penentuan harga saham, atau perencanaan bisnis jangka panjang. 

Penyusunan valuasi bisnis memiliki peran penting dalam mendukung pengambilan keputusan yang transparan dan akuntabel, terutama dalam transaksi bisnis yang melibatkan pihak ketiga. Di Indonesia, regulasi terkait valuasi bisnis diatur dalam beberapa peraturan, antara lain:

  1. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 57 Tahun 2010 tentang Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha yang mengatur pencegahan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.
  2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang menekankan transparansi dan akuntabilitas dalam aktivitas korporasi.
  3. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) yang mengatur keterbukaan informasi perusahaan publik terkait transaksi material dan perubahan kepemilikan saham.
  4. Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 125/PMK.01/2008 tentang Jasa Penilai Publik yang menetapkan standar profesi dan ketentuan bagi penilai independen.

Dalam konteks hukum, valuasi bisnis juga menjadi dasar dalam penyelesaian perselisihan komersial, pembubaran perusahaan, atau proses due diligence sebelum investasi. Regulasi tersebut memastikan bahwa setiap proses valuation dilakukan secara profesional dan sesuai standar yang berlaku, sehingga dapat memperkuat kepercayaan investor dan pemangku kepentingan. 

Manfaat Penyusunan Valuasi Bisnis

Dalam dunia bisnis yang kompetitif, memahami nilai sebenarnya dari sebuah perusahaan menjadi kunci untuk mengelola strategi dan pengambilan keputusan yang efektif. Business Valuation tidak hanya berfungsi sebagai alat penilaian aset dan kinerja perusahaan, tetapi juga sebagai fondasi dalam merencanakan pertumbuhan dan memitigasi risiko. Berikut ini adalah beberapa manfaat utamanya:

Dengan berbagai manfaat tersebut, penyusunan valuasi bisnis menjadi instrumen penting untuk memastikan bahwa perusahaan dapat bertahan dan berkembang dalam persaingan bisnis yang ketat.

Komponen Penyusunan Valuasi Bisnis 

Proses penyusunan valuasi bisnis melibatkan analisis yang komprehensif terhadap berbagai aspek perusahaan untuk menentukan nilai ekonominya secara akurat. Setiap komponen yang dianalisis memberikan gambaran menyeluruh tentang kondisi keuangan, prospek pertumbuhan, dan potensi keuntungan perusahaan di masa depan. Berikut adalah beberapa komponen utama dalam penyusunannya:

  1. Aset Berwujud (Tangible Assets)
    Aset berwujud meliputi semua aset fisik yang dimiliki perusahaan, seperti tanah, bangunan, mesin, peralatan, inventaris, dan kendaraan. Komponen ini menjadi dasar dalam menilai nilai likuidasi perusahaan atau nilai aset yang dapat dijual secara langsung. Analisis aset berwujud juga mencakup depresiasi dan kondisi aset yang memengaruhi nilainya.
  2. Aset Tidak Berwujud (Intangible Assets)
    Selain aset fisik, valuasi bisnis juga mempertimbangkan aset tidak berwujud seperti hak paten, merek dagang, hak cipta, goodwill, dan hak sewa. Aset ini sering kali memiliki nilai yang signifikan, terutama bagi perusahaan yang bergantung pada kekayaan intelektual atau reputasi merek untuk mendukung operasionalnya.
  3. Arus Kas dan Laba (Cash Flow and Earnings)
    Arus kas dan laba perusahaan adalah indikator utama dalam menilai kinerja keuangan dan profitabilitasnya. Valuation sering menggunakan metode seperti Discounted Cash Flow (DCF) untuk memperkirakan nilai perusahaan di masa depan berdasarkan proyeksi arus kas yang dihasilkan.
  4. Liabilitas dan Kewajiban (Liabilities and Obligations)
    Penilaian terhadap kewajiban perusahaan, termasuk utang jangka pendek dan jangka panjang, juga menjadi bagian penting dari valuation. Mengidentifikasi kewajiban ini membantu menilai stabilitas keuangan perusahaan dan kemampuannya untuk memenuhi kewajiban yang ada.
  5. Kondisi Pasar dan Industri (Market and Industry Conditions)
    Analisis terhadap tren pasar dan kondisi industri memberikan perspektif eksternal yang relevan dalam valuation. Faktor-faktor seperti persaingan, pertumbuhan sektor, dan kebijakan ekonomi makro memengaruhi nilai perusahaan dan prospek pertumbuhannya.
  6. Manajemen dan Tata Kelola (Management and Governance)
    Kualitas manajemen dan tata kelola perusahaan juga dievaluasi dalam proses valuation. Struktur kepemimpinan yang efektif, strategi yang jelas, dan sistem pengendalian internal yang baik sering kali meningkatkan nilai perusahaan di mata investor.
  7. Proyeksi Keuangan (Financial Projections)
    Proyeksi keuangan yang realistis berdasarkan data historis dan tren masa depan menjadi landasan dalam menentukan potensi pertumbuhan perusahaan. Proyeksi ini membantu memperkirakan pendapatan, biaya, dan laba di masa mendatang yang mendukung proses valuation.
  8. Risiko Bisnis (Business Risks)
    Identifikasi dan analisis risiko bisnis, seperti perubahan regulasi, ketidakpastian pasar, dan risiko operasional, sangat penting untuk menilai nilai perusahaan secara lebih akurat. Mitigasi risiko yang efektif dapat meningkatkan daya tarik perusahaan bagi investor.

Tahapan Penyusunan Valuasi Bisnis 

Tahapan dirancang untuk mengumpulkan data yang komprehensif, menganalisis kondisi keuangan, serta menentukan nilai perusahaan berdasarkan metode yang sesuai. Berikut adalah tahapan penyusunan business valuation:

No. Tahapan Keterangan
1.

Identifikasi Tujuan Valuasi

Langkah pertama adalah menentukan tujuan utama penyusunan valuasi bisnis, seperti merger dan akuisisi, penjualan saham, restrukturisasi, atau kepentingan perpajakan. Tujuan ini akan memengaruhi pendekatan dan metode valuasi yang digunakan.
2.

Pengumpulan Data dan Informasi

Pada tahap ini, dilakukan pengumpulan data keuangan, operasional, dan manajerial perusahaan. Data yang dikumpulkan meliputi laporan keuangan, aset, kewajiban, arus kas, proyeksi keuangan, serta informasi terkait pasar dan industri. Selain itu, aspek hukum dan regulasi yang berlaku juga dianalisis.
3.

Analisis Keuangan dan Operasional

Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis untuk menilai kinerja keuangan, profitabilitas, dan efisiensi operasional. Analisis ini mencakup peninjauan laporan laba rugi, neraca, rasio keuangan, serta tren pertumbuhan perusahaan dalam beberapa periode.
4.

Pemilihan Metode Valuasi

Metode valuasi yang digunakan disesuaikan dengan tujuan valuasi dan karakteristik bisnis. Beberapa metode umum meliputi:

  1. Pendekatan Pendapatan (Income Approach): Menghitung nilai perusahaan berdasarkan proyeksi arus kas di masa depan dengan metode Discounted Cash Flow (DCF).
  2. Pendekatan Pasar (Market Approach): Membandingkan perusahaan dengan perusahaan sejenis yang telah dijual atau terdaftar di bursa.
  3. Pendekatan Aset (Asset Approach): Menghitung nilai aset bersih setelah dikurangi kewajiban.
  4.  
5.

Perhitungan dan Analisis Nila

Berdasarkan metode yang dipilih, dilakukan perhitungan nilai perusahaan. Proses ini melibatkan estimasi arus kas, tingkat diskonto, dan asumsi pertumbuhan bisnis di masa depan. Hasil perhitungan kemudian dianalisis untuk memastikan validitas dan konsistensinya.
6.

Evaluasi Risiko dan Sensitivitas

Analisis risiko dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat memengaruhi hasil valuasi, seperti fluktuasi pasar, perubahan regulasi, dan ketidakpastian ekonomi. Uji sensitivitas juga digunakan untuk mengevaluasi bagaimana perubahan asumsi akan memengaruhi hasil valuasi.
7.

Penyusunan Laporan Valuasi

Hasil analisis dan perhitungan disusun dalam laporan valuasi yang terstruktur dan jelas. Laporan ini mencakup ringkasan eksekutif, metodologi yang digunakan, data dan asumsi, hasil valuasi, serta rekomendasi strategis berdasarkan hasil tersebut.
8.

Presentasi dan Review Hasil

Tahap terakhir adalah mempresentasikan laporan valuasi kepada pemangku kepentingan dan melakukan review bersama. Proses ini bertujuan untuk memastikan pemahaman yang sama mengenai hasil valuasi serta membahas langkah-langkah strategis yang akan diambil berdasarkan temuan tersebut.

Dampak Positif Penyusunan Valuasi Bisnis bagi Stakeholder

Berikut adalah dampak positif bagi setiap stakeholder terkait:

Alat Analisis yang Digunakan dalam Penyusunan Valuasi Bisnis 

Alat analisis ini digunakan untuk mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan, menilai potensi pertumbuhan, serta memproyeksikan risiko yang mungkin terjadi. Berikut adalah beberapa alat analisis yang umumnya digunakan dalam proses penyusunan ini:

  1. Analisis Laporan Keuangan
    Analisis laporan keuangan yang mencakup laporan laba rugi, neraca, dan laporan arus kas. Melalui analisis ini, dilakukan evaluasi terhadap profitabilitas, likuiditas, solvabilitas, dan efisiensi operasional perusahaan. 
  2. Discounted Cash Flow (DCF)
    Metode DCF digunakan untuk menilai nilai perusahaan berdasarkan proyeksi arus kas masa depan yang didiskontokan dengan tingkat pengembalian yang sesuai. Analisis DCF memungkinkan penilaian nilai kini (present value) dari arus kas yang diharapkan dari operasi bisnis, sehingga memberikan pandangan yang lebih realistis mengenai potensi keuntungan yang dapat diperoleh di masa depan.
  3. Pendekatan Pasar (Market Approach)
    Dalam pendekatan pasar, perusahaan dibandingkan dengan perusahaan lain yang sejenis yang sudah terdaftar di pasar atau telah diperdagangkan. Alat analisis ini termasuk analisis rasio harga (price multiples) seperti Price-to-Earnings (P/E) Ratio, Price-to-Book (P/B) Ratio, dan Enterprise Value to EBITDA (EV/EBITDA), yang dapat membantu menilai nilai perusahaan berdasarkan data pasar yang relevan.
  4. Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats)
    Analisis SWOT membantu dalam memahami kekuatan dan kelemahan internal perusahaan, serta peluang dan ancaman eksternal yang dapat memengaruhi masa depan perusahaan. Dengan melakukan analisis SWOT, perusahaan dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat memengaruhi proyeksi nilai perusahaan dan menyesuaikan strategi yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja.
  5. Analisis Risiko dan Sensitivitas
    Untuk menilai potensi risiko yang dapat mempengaruhi hasil valuation, analisis risiko dan sensitivitas dilakukan. Dalam analisis ini, berbagai variabel yang berpengaruh pada nilai perusahaan, seperti tingkat diskonto, proyeksi pertumbuhan, dan fluktuasi pasar, diuji untuk melihat bagaimana perubahan dalam variabel tersebut dapat mempengaruhi hasil valuasi. 
  6. Metode Aset (Asset-Based Approach)
    Dalam metode ini, nilai perusahaan dihitung berdasarkan total nilai aset bersih, yang meliputi properti, mesin, inventaris, dan aset lainnya, dikurangi dengan kewajiban perusahaan. Pendekatan ini digunakan terutama untuk perusahaan yang memiliki aset yang signifikan dan lebih cocok diterapkan pada perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan atau yang bergerak di sektor aset intensif.
  7. Market Comparable Analysis (MCA)
    Alat ini digunakan untuk membandingkan perusahaan yang sedang dinilai dengan perusahaan sejenis yang sudah memiliki transaksi pasar yang tercatat, seperti dalam hal merger, akuisisi, atau penawaran umum. Ini memberi gambaran mengenai bagaimana perusahaan lain diperdagangkan dan memberikan acuan untuk menentukan nilai pasar yang lebih realistis.

Dengan menggunakan alat analisis ini, proses penyusunan business valuation dapat dilakukan secara menyeluruh dan memberikan hasil yang lebih dapat diandalkan, membantu semua pihak yang terlibat untuk membuat keputusan yang lebih informasional dan strategis.

Metode Kerangka Berpikir yang Digunakan dalam Penyusunan Valuasi Bisnis 

Kerangka berpikir ini memberikan panduan bagi para profesional untuk menilai nilai perusahaan dengan cara yang terstruktur dan objektif. Berikut adalah beberapa metode kerangka berpikir yang umum digunakan dalam penyusunan tersebut:

No. Metode Kerangka Berpikir Keterangan
1.

Pendekatan Pendapatan (Income Approach)

Pendekatan pendapatan berfokus pada proyeksi arus kas masa depan yang dihasilkan oleh perusahaan dan mendiskontokannya untuk mendapatkan nilai saat ini (present value). Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa nilai perusahaan terletak pada kemampuannya untuk menghasilkan pendapatan di masa depan.

2.

Pendekatan Pasar (Market Approach)

Pendekatan pasar melibatkan perbandingan perusahaan yang sedang dinilai dengan perusahaan lain yang memiliki karakteristik serupa, yang dapat ditemukan melalui data pasar yang relevan. Kerangka berpikir dalam pendekatan pasar ini mencakup analisis transaksi pasar, seperti merger dan akuisisi (M&A), atau rasio pasar seperti Price-to-Earnings (P/E) dan Enterprise Value to EBITDA (EV/EBITDA), untuk menentukan nilai yang dapat diterima oleh pasar.

3.

Pendekatan Aset (Asset-Based Approach)

Pendekatan aset berfokus pada nilai total aset yang dimiliki perusahaan, dikurangi dengan kewajiban atau utang yang ada. Kerangka berpikir dalam pendekatan ini adalah menilai seberapa besar nilai yang dapat diperoleh dari likuidasi aset perusahaan.

4.

Pendekatan Beban Modal (Capitalization of Earnings Approach)

Metode ini digunakan untuk menilai perusahaan dengan cara mengalikan penghasilan bersih atau laba yang dihasilkan dengan suatu faktor kapitalisasi yang mencerminkan tingkat pengembalian yang diinginkan. Pendekatan ini umumnya digunakan untuk perusahaan yang stabil dan menghasilkan pendapatan yang dapat diprediksi. 

5.

Pendekatan Penggabungan dan Akuisisi (M&A Approach)

Dalam pendekatan ini, kerangka berpikir yang digunakan adalah menilai nilai perusahaan dengan melihat transaksi merger dan akuisisi yang serupa. Biasanya, dalam kerangka ini, penilai mencari perusahaan yang memiliki kesamaan dalam hal ukuran, industri, dan geografi, dan membandingkannya dengan perusahaan yang sedang dianalisis.

6.

Pendekatan Berbasis Strategi (Strategic Approach)

Pendekatan ini berfokus pada faktor-faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi keberlanjutan dan pertumbuhan perusahaan. Kerangka berpikir ini melibatkan analisis terhadap posisi kompetitif perusahaan, keunggulan strategis, dan peluang pertumbuhannya di pasar.

Cara Mengukur Keberhasilan Penyusunan Valuasi Bisnis  yang Telah Diimplementasikan

Mengukur keberhasilan dari penyusunan valuasi bisnis yang telah diimplementasikan sangat penting untuk memastikan bahwa proses valuation memberikan hasil yang akurat, relevan, dan dapat diandalkan. Berikut adalah beberapa cara untuk mengukur keberhasilan penyusunan valuasi bisnis:

  1. Akurasi Proyeksi Nilai Perusahaan
    Salah satu indikator utama keberhasilan penyusunan valuasi bisnis adalah akurasi dari proyeksi nilai perusahaan yang dihasilkan. Keberhasilan dapat diukur dengan membandingkan hasil valuation dengan nilai pasar aktual perusahaan setelah periode waktu tertentu, seperti saat perusahaan dijual, mengadakan merger, atau melakukan IPO (Initial Public Offering). 
  2. Pengambilan Keputusan yang Berdasarkan Valuation
    Keberhasilan juga dapat diukur dari bagaimana hasil valuation digunakan dalam pengambilan keputusan bisnis. Jika keputusan yang diambil berdasarkan hasil valuasi seperti investasi, restrukturisasi, akuisisi, atau perencanaan ekspansi berhasil meningkatkan kinerja perusahaan atau memberikan keuntungan yang signifikan, maka valuasi tersebut dapat dianggap berhasil. 
  3. Dampak pada Stakeholder
    Keberhasilan penyusunan valuasi bisnis juga dapat dilihat dari dampaknya terhadap berbagai stakeholder, termasuk pemilik, pemegang saham, investor, kreditor, dan mitra bisnis. Jika stakeholder merasa lebih yakin dengan nilai perusahaan dan keputusan yang diambil berdasarkan valuation tersebut, serta mengalami hasil yang positif (seperti peningkatan nilai investasi atau pengurangan risiko), maka itu menunjukkan bahwa valuasi telah berhasil. 
  4. Peningkatan Kinerja Keuangan Perusahaan
    Salah satu indikator keberhasilan lainnya adalah peningkatan kinerja keuangan perusahaan setelah implementasi valuasi bisnis. Misalnya, peningkatan dalam pendapatan, laba bersih, atau efisiensi operasional setelah implementasi strategi atau keputusan yang didasarkan pada hasil valuation bisa menjadi indikasi bahwa valuation tersebut efektif. 
  5. Kesesuaian dengan Tujuan Strategis Perusahaan
    Keberhasilan dapat diukur dengan sejauh mana hasil valuation membantu perusahaan mencapai tujuan strategis jangka panjang. Jika valuation membantu perusahaan merumuskan dan melaksanakan strategi yang berhasil, seperti ekspansi pasar, diversifikasi produk, atau akuisisi yang sukses, maka proses valuation dapat dianggap berhasil. 
  6. Respons dan Umpan Balik dari Pihak Eksternal
    Respons dan umpan balik dari pihak eksternal, seperti auditor, konsultan, atau regulator, juga dapat digunakan untuk menilai keberhasilan penyusunan valuation. Jika laporan valuation dapat diterima dengan baik dan tidak ada masalah atau kritik signifikan terkait akurasi atau metodologi yang digunakan, ini menunjukkan bahwa proses valuasi telah dilakukan dengan baik

Dengan mengukur keberhasilan melalui cara-cara ini, perusahaan dapat mengevaluasi efektivitas dari proses valuasi bisnis dan memastikan bahwa nilai yang dihasilkan adalah relevan, akurat, dan berguna untuk pengambilan keputusan yang strategis.

Lama Penyusunan Valuasi Bisnis 

Lama penyusunan valuasi bisnis dapat bervariasi tergantung pada sejumlah faktor, seperti kompleksitas perusahaan yang dinilai, metode valuation yang digunakan, serta tujuan dari penyusunan valuation itu sendiri. Berikut adalah beberapa faktor yang memengaruhi lama penyusunan valuasi bisnis:

  1. Kompleksitas Perusahaan yang Divaluasi
    Semakin kompleks struktur perusahaan, semakin lama proses valuation yang dibutuhkan. Perusahaan dengan banyak lini bisnis, anak perusahaan, atau aset yang beragam memerlukan analisis lebih mendalam dan lebih banyak data untuk menilai nilainya. 
  2. Metode Valuation yang Digunakan
    Lama waktu penyusunan valuation juga dipengaruhi oleh metode valuation yang dipilih. Misalnya, penggunaan metode Discounted Cash Flow (DCF) yang memerlukan proyeksi arus kas masa depan dan perhitungan tingkat diskonto yang akurat mungkin membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan dengan metode pendekatan pasar yang mengandalkan perbandingan dengan perusahaan lain. 
  3. Ketersediaan Data dan Informasi
    Lama penyusunan valuation juga tergantung pada seberapa mudah perusahaan dapat menyediakan data yang dibutuhkan. Proses ini akan lebih cepat jika perusahaan memiliki catatan keuangan yang terorganisir dengan baik, dokumen pendukung yang lengkap, dan informasi yang relevan dapat diakses dengan mudah.
  4. Tujuan dan Ruang Lingkup Valuation
    Tujuan dari penyusunan valuation juga dapat memengaruhi lama waktu yang dibutuhkan. Valuation yang dilakukan untuk tujuan internal, seperti untuk perencanaan strategi perusahaan, mungkin memerlukan analisis yang lebih mendalam dan dapat memakan waktu lebih lama dibandingkan dengan valuation yang dilakukan untuk tujuan penjualan atau akuisisi yang lebih sederhana. 
  5. Keterlibatan Pihak Eksternal
    Jika valuation melibatkan pihak eksternal seperti auditor, konsultan, atau lembaga keuangan lainnya, waktu yang dibutuhkan bisa lebih lama karena adanya koordinasi dan verifikasi independen. Proses ini biasanya memerlukan waktu lebih lama untuk memastikan bahwa hasil valuation telah sesuai dengan standar yang berlaku dan memperoleh persetujuan atau validasi dari pihak eksternal.

Secara umum, lama penyusunan valuasi bisnis dapat berkisar antara beberapa minggu hingga beberapa bulan. Untuk perusahaan dengan struktur yang lebih sederhana dan data yang mudah diakses, proses valuation bisa selesai dalam waktu lebih singkat, sementara perusahaan besar dan kompleks mungkin memerlukan waktu lebih lama untuk menyelesaikan seluruh proses valuation dengan akurat.

Ingin Menggunakan Jasa Konsultan Untuk Penyusunan Valuasi?

Silahkan kontak ke nomor +62 811-3547-717 atau tekan tombol logo WhatsApps untuk mengajukan layanan konsultan.

Kesimpulan

Jasa konsultan penyusunan valuasi bisnis memainkan peran yang sangat penting dalam memberikan gambaran yang jelas dan akurat mengenai nilai suatu perusahaan. Proses valuation yang tepat tidak hanya membantu pemilik perusahaan dalam pengambilan keputusan strategis, tetapi juga memberikan manfaat yang besar bagi berbagai stakeholder, termasuk investor, kreditor, dan regulator. 

Dengan menggunakan berbagai alat analisis dan metodologi yang sesuai, konsultan dapat menyusun valuasi bisnis yang mendalam, mengidentifikasi potensi risiko, serta memberikan arahan yang jelas untuk langkah-langkah selanjutnya, seperti investasi, akuisisi, atau restrukturisasi.