Jasa Konsultan Penyusunan SROI

Jasa Konsultan Penyusunan Social Return on Investment (SROI)

SROI

Dalam dunia bisnis dan organisasi saat ini, keberhasilan tidak lagi hanya diukur dari sisi finansial, tetapi juga dari dampak sosial dan lingkungan yang dihasilkan. Social Return on Investment (SROI) adalah metode analisis yang dirancang untuk mengevaluasi dan mengkomunikasikan nilai sosial, lingkungan, serta ekonomi dari suatu program atau investasi. Dengan pendekatan yang terstruktur, social return on investment membantu organisasi memahami sejauh mana kontribusi mereka terhadap masyarakat secara lebih terukur dan transparan.

KMMB Consulting hadir sebagai mitra terpercaya dalam menyediakan jasa konsultan penyusunan social return on investment. Dengan tim ahli yang berpengalaman, KMMB Consulting memastikan proses analisis dilakukan secara profesional dan sesuai standar. Layanan ini dirancang untuk membantu organisasi mendapatkan pemahaman mendalam tentang dampak yang mereka ciptakan, sekaligus memberikan dasar yang kuat untuk pelaporan kepada pemangku kepentingan dan pengambilan keputusan strategis.

Ingin menggunakan jasa konsultan untuk penyusunan Social Return on Investment (SROI)?

Silahkan kontak ke nomor +62 811-3547-717 atau tekan tombol logo WhatsApps untuk mengajukan layanan konsultan.

Definisi Social Return on Investment (SROI)

Social Return on Investment (SROI) adalah sebuah kerangka kerja evaluasi yang bertujuan untuk mengukur dan mengkomunikasikan nilai sosial, lingkungan, dan ekonomi yang dihasilkan oleh suatu aktivitas, program, atau investasi. Social return on investment memberikan wawasan tentang dampak yang dihasilkan, baik yang dapat diukur secara kuantitatif maupun yang bersifat kualitatif, dengan menerjemahkannya ke dalam nilai moneter. 

Penyusunan social return on investment menjadi relevan di tengah dorongan global untuk meningkatkan transparansi dan tanggung jawab sosial organisasi. Di Indonesia, meskipun belum ada regulasi spesifik yang mewajibkan social return on investment, penerapannya mendukung kebijakan seperti POJK Nomor 51/POJK.03/2017 tentang Keuangan Berkelanjutan. Regulasi ini mengharuskan lembaga jasa keuangan, emiten, dan perusahaan publik untuk mengintegrasikan aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola dalam kegiatan mereka. 

Manfaat Penyusunan Social Return on Investment (SROI)

Penyusunan Social Return on Investment (SROI) memberikan berbagai manfaat bagi organisasi, perusahaan, maupun pemangku kepentingan lainnya. Berikut adalah beberapa manfaat utama dari penyusunan social return on investment:

Dengan manfaat-manfaat tersebut, social return on investment menjadi alat strategis yang tidak hanya membantu organisasi mengevaluasi keberhasilan program, tetapi juga mendukung upaya untuk menciptakan dampak sosial yang lebih besar dan berkelanjutan.

Komponen Penyusunan Social Return on Investment (SROI)

Penyusunan Social Return on Investment (SROI) melibatkan beberapa komponen utama yang berfungsi sebagai panduan dalam mengukur, menganalisis, dan melaporkan dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan suatu program atau investasi. Berikut adalah komponen-komponen yang umumnya digunakan dalam penyusunan social return on investment:

  1. Identifikasi Pemangku Kepentingan (Stakeholder Identification)
    Proses ini melibatkan pengidentifikasian semua pihak yang terpengaruh oleh kegiatan atau program yang dianalisis. Pemangku kepentingan dapat mencakup masyarakat, mitra, pemerintah, investor, atau kelompok lain yang relevan. Pendapat dan kebutuhan mereka menjadi dasar dalam menentukan indikator dampak.
  2. Penentuan Hasil dan Indikator (Outcomes and Indicators)
    Hasil (outcomes) adalah perubahan positif atau negatif yang terjadi sebagai akibat dari program. Setiap hasil harus dirinci dan diberi indikator yang dapat diukur. Indikator ini harus relevan, spesifik, dan memungkinkan untuk dikonversi ke dalam nilai moneter.
  3. Pengumpulan Data (Data Collection)
    Data dikumpulkan untuk mendukung analisis, baik melalui survei, wawancara, data sekunder, atau observasi. Data mencakup informasi tentang input (sumber daya yang digunakan), output (hasil langsung), serta dampak (perubahan yang terjadi).
  4. Valuasi Dampak (Impact Valuation)
    Dalam tahap ini, setiap hasil yang diidentifikasi diterjemahkan ke dalam nilai moneter. Proses valuasi ini penting untuk mengukur dampak yang biasanya sulit dihitung, seperti manfaat sosial atau lingkungan.
  5. Analisis Perubahan (Attribution and Deadweight Analysis)
    Social return on investment juga mempertimbangkan kontribusi pihak lain dan perubahan yang akan terjadi secara alami tanpa adanya program tersebut. Komponen ini memastikan bahwa hanya dampak yang benar-benar dihasilkan oleh program yang dihitung dalam analisis.
  6. Rasio SROI (SROI Ratio Calculation)
    Rasio social return on investment dihitung dengan membandingkan total nilai dampak yang dihasilkan dengan total input atau biaya yang dikeluarkan. Rasio ini menunjukkan seberapa besar nilai sosial yang dihasilkan untuk setiap unit investasi yang dikeluarkan.
  7. Laporan dan Narasi Dampak (Impact Report and Narrative)
    Hasil analisis disusun dalam laporan yang transparan dan mudah dipahami. Narasi ini menjelaskan metode, asumsi, dan hasil, sehingga semua pemangku kepentingan dapat memahami dampak yang telah dihasilkan.
  8. Verifikasi dan Validasi (Verification and Validation)
    Langkah ini dilakukan untuk memastikan keakuratan dan kredibilitas data serta analisis. Validasi dapat dilakukan oleh pihak internal maupun pihak eksternal untuk menjamin bahwa hasil social return on investment sesuai dengan standar yang berlaku.

Tahapan Penyusunan Social Return on Investment (SROI)

Proses ini terdiri dari beberapa tahapan utama yang saling berkaitan untuk memastikan hasil analisis yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Berikut adalah tahapan-tahapan dalam penyusunan social return on investment:

No. Tahapan Keterangan
1.

Identifikasi Lingkup dan Pemangku Kepentingan

Pada tahap ini, organisasi menentukan tujuan analisis SROI, ruang lingkup program, serta batasan-batasannya, seperti waktu, lokasi, atau jenis kegiatan yang dianalisis. Selain itu, pemangku kepentingan yang terpengaruh oleh program, baik langsung maupun tidak langsung, diidentifikasi untuk memastikan semua perspektif relevan terakomodasi.

2.

Pemetaan Dampak (Impact Mapping)

Tahapan ini melibatkan identifikasi komponen utama dalam rantai dampak, yaitu input (sumber daya yang digunakan), aktivitas (kegiatan yang dilakukan), output (hasil langsung), dan outcomes (perubahan yang dihasilkan). Pemetaan ini membantu organisasi memahami bagaimana kegiatan menghasilkan dampak yang diharapkan.

3.

Pengumpulan Data dan Valuasi Dampak

Data kuantitatif dan kualitatif dikumpulkan melalui survei, wawancara, atau laporan program untuk mendukung analisis. Setiap outcomes diterjemahkan ke dalam nilai moneter menggunakan metode seperti nilai pasar atau estimasi manfaat bagi pemangku kepentingan.

4.

Analisis Kontribusi dan Pengurangan Faktor Lain

Analisis ini mencakup evaluasi kontribusi pihak lain (attribution), dampak yang terjadi tanpa adanya program (deadweight), dampak negatif di area lain akibat program (displacement), dan penurunan dampak seiring waktu (drop-off). Proses ini memastikan dampak yang dihitung hanya yang benar-benar dihasilkan oleh program.

5.

Menghitung Rasio SROI

Dalam tahap ini, total nilai moneter dari outcomes dijumlahkan dan dibandingkan dengan total biaya atau input yang dikeluarkan. Rasio SROI menunjukkan nilai sosial yang dihasilkan untuk setiap unit investasi yang dilakukan.

6.

Pelaporan Hasil dan Penyusunan Narasi

Hasil analisis disusun dalam bentuk laporan yang transparan dan informatif, mencakup metode, data, asumsi, dan hasil analisis. Narasi juga menyertakan rekomendasi untuk peningkatan program dan langkah strategis di masa mendatang.

7.

Validasi dan Umpan Balik

Tahap ini melibatkan tinjauan hasil analisis untuk memastikan keakuratan dan kredibilitas data. Validasi dilakukan baik secara internal maupun eksternal, sedangkan umpan balik dari pemangku kepentingan digunakan untuk menyempurnakan laporan.

Dengan mengikuti tahapan-tahapan ini, penyusunan social return on investment tidak hanya memberikan pemahaman yang komprehensif tentang dampak sosial, tetapi juga menjadi dasar pengambilan keputusan yang lebih efektif dan strategis.

Dampak Positif Penyusunan Social Return on Investment (SROI) bagi Stakeholders

Social Return on Investment (SROI) membawa berbagai dampak positif yang signifikan bagi para pemangku kepentingan (stakeholders). Dengan mengukur dan melaporkan dampak sosial, lingkungan, dan ekonomi secara sistematis, social return on investment memberikan manfaat yang berdampak luas, antara lain:

Secara keseluruhan, social return on investment memberikan pemahaman yang mendalam tentang bagaimana program dan investasi menciptakan nilai sosial, sehingga memperkuat hubungan antara organisasi dan pemangku kepentingannya serta mendorong terciptanya dampak yang lebih berkelanjutan.

Alat Analisis yang Digunakan dalam Penyusunan Social Return on Investment (SROI)

Dalam penyusunan Social Return on Investment (SROI), terdapat berbagai alat analisis yang digunakan untuk mengukur dan menilai dampak sosial, lingkungan, dan ekonomi dari suatu program atau investasi. Beberapa alat analisis yang umum digunakan dalam penyusunan social return on investment antara lain:

  1. Logic Model / Theory of Change
    Logic Model atau Theory of Change adalah alat yang digunakan untuk menggambarkan bagaimana suatu program atau kegiatan diharapkan dapat menghasilkan dampak. Alat ini memetakan hubungan antara input (sumber daya yang digunakan), aktivitas (kegiatan yang dilakukan), output (hasil langsung), dan outcomes (perubahan yang dihasilkan)..
  2. Survei dan Wawancara (Data Collection Tools)
    Pengumpulan data adalah bagian penting dalam analisis social return on investment. Alat pengumpul data seperti survei dan wawancara digunakan untuk mendapatkan informasi kualitatif dan kuantitatif tentang dampak yang dirasakan oleh pemangku kepentingan. Survei dapat mencakup pertanyaan yang mengukur perubahan kondisi atau persepsi sebelum dan setelah program dijalankan.
  3. Valuation Methods (Metode Valuasi)
    Untuk mengukur nilai dampak sosial secara moneter, beberapa metode valuasi digunakan, seperti: Market Price Approach: Menggunakan harga pasar untuk menghitung nilai ekonomi dari suatu outcome (misalnya, penghematan biaya medis atau peningkatan pendapatan). Contingent Valuation Method: Metode yang menggunakan survei untuk mengestimasi nilai yang disukai individu terhadap suatu perubahan (misalnya, nilai yang diberikan masyarakat terhadap lingkungan yang lebih bersih). Social Cost-Benefit Analysis: Menghitung manfaat sosial yang dihasilkan oleh program dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan.
  4. Attribution Model
    Model atribusi digunakan untuk menilai sejauh mana hasil atau dampak yang diukur dapat diatribusikan secara langsung kepada program yang dijalankan, dibandingkan dengan faktor eksternal atau kontribusi pihak lain. Alat ini memastikan bahwa hanya dampak yang benar-benar dihasilkan oleh program yang dihitung dalam social return on investment.
  5. Deadweight dan Displacement Analysis
    Deadweight mengukur perubahan yang akan terjadi tanpa adanya program, sedangkan displacement mengukur apakah dampak positif yang dihasilkan di satu area menyebabkan kerugian di area lain. Alat ini penting untuk memastikan bahwa hasil yang dilaporkan hanya mencerminkan perubahan yang disebabkan oleh program dan bukan oleh faktor lain yang tidak terkait.
  6. SROI Calculation Tool
    Terdapat berbagai perangkat lunak atau kalkulator social return on investment yang digunakan untuk menghitung rasio social return on investment secara otomatis setelah data dikumpulkan dan outcomes dinilai. Perangkat ini mengintegrasikan data input, output, dan outcomes untuk memberikan rasio social return on investment, yang menunjukkan seberapa besar nilai sosial yang dihasilkan untuk setiap unit biaya yang dikeluarkan.
  7. Sensitivity Analysis
    Analisis sensitivitas digunakan untuk menguji sejauh mana hasil social return on investment dapat dipengaruhi oleh asumsi yang digunakan dalam proses perhitungan. Alat ini membantu untuk memahami ketidakpastian dalam estimasi dan memberikan wawasan tentang faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap hasil akhir.

Dengan menggunakan alat-alat analisis ini, organisasi dapat melakukan penyusunan social return on investment secara lebih objektif, terukur, dan transparan, sehingga memberikan gambaran yang jelas mengenai dampak sosial yang dihasilkan dari program atau investasi yang dilakukan.

Metode Kerangka Berpikir yang Digunakan dalam Penyusunan Social Return on Investment (SROI)

Kerangka berpikir ini membantu untuk mengidentifikasi dan menganalisis hubungan antara input, aktivitas, output, outcomes, dan dampak yang tercipta. Berikut adalah beberapa metode kerangka berpikir yang digunakan dalam penyusunan social return on investment:

No. Metode Kerangka Berpikir Keterangan
1.

Theory of Change (Teori Perubahan)

Theory of Change adalah salah satu kerangka berpikir yang paling umum digunakan dalam penyusunan SROI. Metode ini menggambarkan secara rinci bagaimana suatu program atau kegiatan dapat menghasilkan dampak yang diinginkan. Dalam kerangka ini, setiap langkah dalam proses (dari input hingga outcomes) dijelaskan secara logis dan saling terkait. 

2.

Logic Model (Model Logika)

Logic Model adalah kerangka berpikir yang digunakan untuk menggambarkan hubungan antara sumber daya (input), aktivitas yang dilakukan (output), dan perubahan yang dihasilkan (outcomes). Logic Model sering digunakan untuk merencanakan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi program.

3.

Impact Mapping (Pemetaan Dampak)

Metode ini berfokus pada pemetaan hubungan antara aktivitas yang dilakukan dengan dampak yang dihasilkan. Dalam SROI, impact mapping digunakan untuk memetakan aliran dampak sosial yang timbul sebagai hasil dari berbagai aktivitas program. Proses ini melibatkan pengidentifikasian pemangku kepentingan, hasil yang ingin dicapai, dan dampak yang dirasakan oleh pemangku kepentingan.

4.

Attribution Theory (Teori Atribusi)

Dalam penyusunan SROI, Attribution Theory digunakan untuk memahami seberapa besar dampak yang dihasilkan dapat diatribusikan kepada program atau kegiatan tertentu. Kerangka berpikir ini menekankan pentingnya memahami kontribusi faktor eksternal dalam pencapaian hasil. 

5.

Cost-Benefit Analysis (Analisis Biaya-Manfaat)

Cost-Benefit Analysis adalah kerangka berpikir yang sering diterapkan dalam penyusunan SROI untuk menilai apakah manfaat yang diperoleh dari suatu program sebanding dengan biaya yang dikeluarkan. Dalam analisis biaya-manfaat, setiap outcome yang dihasilkan oleh program dihitung dalam nilai moneter dan dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan.

6.

Value of Social Impact (Nilai Dampak Sosial)

Kerangka berpikir ini berfokus pada upaya untuk mengukur dan menilai dampak sosial secara menyeluruh, baik dalam bentuk perubahan yang terjadi pada individu, komunitas, atau lingkungan. Dalam konteks SROI, metode ini melibatkan identifikasi nilai-nilai sosial yang dihasilkan oleh program, termasuk peningkatan kualitas hidup, kesejahteraan sosial, dan pengurangan ketimpangan. 

7.

Stakeholder Theory (Teori Pemangku Kepentingan)

Teori pemangku kepentingan menekankan pentingnya melibatkan semua pihak yang terpengaruh oleh program dalam proses penyusunan SROI. Kerangka berpikir ini mendekati SROI dengan memprioritaskan perspektif dan kebutuhan pemangku kepentingan. 

8.

Sustainability Framework (Kerangka Keberlanjutan)

Kerangka keberlanjutan digunakan dalam SROI untuk menilai sejauh mana dampak yang dihasilkan bersifat jangka panjang dan berkelanjutan. Pendekatan ini fokus pada pencapaian dampak yang dapat bertahan dalam waktu lama, baik dari segi sosial, ekonomi, maupun lingkungan. Dalam kerangka keberlanjutan, analisis juga memperhitungkan bagaimana keberlanjutan tersebut dapat dipelihara setelah program berakhir.

Cara Mengukur Keberhasilan Penyusunan Social Return on Investment (SROI)

Mengukur keberhasilan penyusunan Social Return on Investment (SROI) adalah langkah penting untuk memastikan bahwa dampak sosial yang dihasilkan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Proses ini tidak hanya mengandalkan angka atau rasio, tetapi juga melibatkan analisis kualitatif dan pemahaman mendalam tentang bagaimana perubahan terjadi di lapangan. Berikut adalah cara-cara untuk mengukur keberhasilan penyusunan social return on investment:

  1. Rasio SROI
    Salah satu cara utama untuk mengukur keberhasilan penyusunan social return on investment adalah dengan menghitung rasio social return on investment, yang mengukur nilai sosial yang dihasilkan untuk setiap unit biaya yang dikeluarkan. Rasio ini dihitung dengan membandingkan total nilai moneter dari outcomes (dampak yang dihasilkan) dengan total input (biaya yang dikeluarkan). 
  2. Kualitas dan Signifikansi Dampak
    Keberhasilan penyusunan social return on investment tidak hanya diukur dari nilai moneter yang dihitung, tetapi juga dari kualitas dan signifikansi dampak yang dihasilkan. Oleh karena itu, penting untuk melakukan evaluasi terhadap perubahan yang dirasakan oleh pemangku kepentingan, baik dalam bentuk kesejahteraan, aksesibilitas, atau kualitas hidup.
  3. Validasi dan Akuntabilitas
    Keberhasilan juga dapat diukur dari sejauh mana hasil social return on investment dapat divalidasi oleh pihak lain. Validasi dilakukan dengan mengonfirmasi keakuratan data dan asumsi yang digunakan dalam analisis, baik melalui tinjauan internal maupun eksternal. Jika laporan social return on investment dapat dipertanggungjawabkan dan diverifikasi oleh pihak independen, maka itu menunjukkan bahwa penyusunan SROI telah dilakukan dengan baik dan transparan.
  4. Pengaruh terhadap Pengambilan Keputusan
    Salah satu indikator keberhasilan adalah sejauh mana hasil social return on investment digunakan untuk mendukung pengambilan keputusan strategis. Keberhasilan social return on investment dapat diukur dengan menilai apakah data yang dihasilkan telah memengaruhi kebijakan atau keputusan investasi yang lebih baik, serta bagaimana pemangku kepentingan mengambil langkah-langkah perbaikan atau penyesuaian program berdasarkan hasil analisis social return on investment.
  5. Keterlibatan Pemangku Kepentingan
    Keberhasilan penyusunan social return on investment juga dapat diukur melalui tingkat keterlibatan dan partisipasi pemangku kepentingan dalam seluruh proses. Semakin banyak pemangku kepentingan yang terlibat dalam mengidentifikasi dampak, mengumpulkan data, dan memberikan umpan balik, semakin besar kemungkinan bahwa hasil SROI akan mencerminkan dampak yang sesungguhnya.
  6. Pemantauan dan Evaluasi Jangka Panjang
    Mengukur keberhasilan social return on investment juga melibatkan pemantauan berkelanjutan terhadap dampak program dalam jangka panjang. Keberhasilan dapat terlihat apabila dampak sosial yang dihasilkan terus berlanjut meskipun program telah selesai. 
  7. Penggunaan Data untuk Peningkatan Program
    Keberhasilan penyusunan social return on investment dapat diukur dari seberapa efektif hasil analisis digunakan untuk memperbaiki dan mengembangkan program yang ada. Jika hasil social return on investment memberikan wawasan yang cukup untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan program, serta menawarkan solusi untuk peningkatan, maka penyusunan social return on investment dapat dianggap berhasil. 

Secara keseluruhan, mengukur keberhasilan penyusunan social return on investment melibatkan kombinasi antara metrik kuantitatif (seperti rasio social return on investment) dan indikator kualitatif (seperti dampak yang dirasakan oleh pemangku kepentingan). Keberhasilan tidak hanya dinilai berdasarkan efisiensi biaya, tetapi juga pada sejauh mana perubahan sosial yang diinginkan dapat tercapai dan dipertahankan dalam jangka panjang.

Lama Penyusunan Social Return on Investment (SROI)

Lama penyusunan Social Return on Investment (SROI) dapat bervariasi tergantung pada kompleksitas program, skala proyek, jumlah pemangku kepentingan yang terlibat, serta ketersediaan data yang diperlukan. Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi durasi penyusunan social return on investment:

  1. Skala Program
    Penyusunan social return on investment untuk proyek besar dengan banyak pemangku kepentingan dan banyak aktivitas yang terlibat biasanya memerlukan waktu lebih lama dibandingkan dengan program yang lebih kecil. Program yang lebih kompleks memerlukan analisis lebih rinci terkait input, aktivitas, output, dan outcomes yang dihasilkan.
  2. Ketersediaan dan Kualitas Data
    Ketersediaan data yang akurat dan relevan memainkan peran penting dalam menentukan durasi penyusunan social return on investment. Jika data sudah tersedia dan mudah diakses, proses penyusunan dapat lebih cepat. Sebaliknya, jika pengumpulan data harus dilakukan dari awal, terutama melalui survei atau wawancara, hal ini dapat memperpanjang waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan analisis social return on investment.
  3. Jumlah Pemangku Kepentingan yang Terlibat
    Semakin banyak pemangku kepentingan yang terlibat dalam suatu proyek, semakin banyak waktu yang dibutuhkan untuk mengumpulkan informasi dan umpan balik dari mereka. Proses konsultasi, seperti wawancara atau diskusi kelompok terfokus, memerlukan waktu untuk dijadwalkan dan dilakukan. Selain itu, proses validasi hasil dengan pemangku kepentingan juga dapat menambah durasi.
  4. Metode dan Pendekatan yang Digunakan
    Jika pendekatan yang digunakan dalam penyusunan social return on investment lebih mendalam atau melibatkan beberapa metode analisis, seperti analisis biaya-manfaat, evaluasi kualitatif, dan pemetaan dampak, maka waktu yang dibutuhkan akan lebih lama. Penggunaan perangkat analisis yang lebih canggih juga bisa mempengaruhi durasi penyusunan.
  5. Kompleksitas Proses Valuasi
    Proses penilaian nilai sosial (valuasi) dari berbagai outcomes bisa menjadi salah satu aspek yang memakan waktu. Jika dampak sosial yang dihasilkan sulit diukur secara moneter, atau jika ada banyak jenis dampak yang harus dihitung, ini akan menambah waktu yang dibutuhkan untuk menyusun social return on investment secara tepat.
  6. Penyusunan Laporan dan Validasi
    Setelah data dikumpulkan dan analisis dilakukan, penyusunan laporan social return on investment yang lengkap dan akurat adalah langkah penting berikutnya. Laporan ini harus disusun dengan jelas dan mencakup metodologi, hasil analisis, serta rekomendasi bagi pengambil kebijakan dan pemangku kepentingan lainnya. Proses ini juga termasuk validasi hasil dengan pihak eksternal untuk memastikan keakuratan dan kredibilitas analisis.

Secara umum, penyusunan social return on investment bisa memakan waktu antara 3 hingga 6 bulan untuk program berskala kecil hingga menengah, dan bisa lebih dari 6 bulan untuk program yang lebih besar dan lebih kompleks. Durasi ini tergantung pada faktor-faktor yang telah disebutkan sebelumnya, serta bagaimana setiap tahapan dilaksanakan. 

Ingin menggunakan jasa konsultan untuk penyusunan Social Return on Investment (SROI)?

Silahkan kontak ke nomor +62 811-3547-717 atau tekan tombol logo WhatsApps untuk mengajukan layanan konsultan.

Kesimpulan

Penyusunan Social Return on Investment (SROI) merupakan proses penting untuk mengukur dan memahami dampak sosial dari suatu program atau investasi. Dengan menggunakan berbagai kerangka berpikir dan metode analisis, social return on investment membantu organisasi untuk tidak hanya menilai keberhasilan finansial, tetapi juga untuk mengevaluasi dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan yang dihasilkan. 

Keberhasilan penyusunan SROI dapat dilihat dari beberapa indikator, seperti rasio SROI, kualitas dampak yang dirasakan oleh pemangku kepentingan, dan penggunaan hasil SROI untuk perbaikan program yang berkelanjutan. Meskipun durasi penyusunan SROI bervariasi tergantung pada skala dan kompleksitas program, proses ini memberikan manfaat jangka panjang yang signifikan, baik bagi organisasi maupun masyarakat.